latest articles

Sejarah Graffiti di Indonesia

11579407503_372232bc1b_z
Graffiti sudah mulai ada sejak zaman purba, dahulu masih berupa coretan-coretan biasa di dinding. Kemudian graffiti terus berkembang di zaman Mesir Kuno dan Romawi. Akan sangat panjang jika kita membahas sejarah graffiti secara lengkap! Lalu bagaimana dengan sejarah graffiti di Indonesia sendiri?
Di Indonesia, pada masa perang kemerdekaan graffiti menjadi alat propaganda yang efektif dalam menggelorakan semangat melawan penjajah Belanda. Keberanian menuliskan graffiti bisa jadi mempertaruhkan nyawa si pelakunya. Pelukis Affandi misalnya pada masa peperangan melawan penjajahan pernah membuat slogan yang dia buat sendiri yang bertuliskan ”Boeng Ajo Boeng!”. Dia menuliskannya di tembok-tembok jalanan.
Sejarah graffiti Indonesia modern juga tidak bisa terlepas dari peran tembokbomber.com, sebuah website komunitas street art terbesar di Indonesia. Tembokbomber ini bermula dari sebuah thread diskusi berjudul STREET ART di sebuah forum desain grafis lokal bernama Godote Forum. Thread tersebut dimulai oleh Darbotz, yang saat ini dikenal sebagai salah satu street artist ternama. Thread yang membahas segala sesuatu tentang street art ini sangat ramai dan digemari. Mulai dari posting foto-foto graffiti, membahas teknik stensil, atau sekedar berkomentar. Pada tahun 2003, atas dasar ketertarikan yang sama terhadap street art, Aram (Wormo – Toter/FAB Family) berinisiatif mengajak beberapa member Godote Forum yang sering meramaikan thread street art tersebut untuk membuat sebuah mailing list, khusus untuk membahas lebih mendalam tentang street art. Orang-orang tersebut adalah Darbotz, Randy, Booi (RangerBastards), Godo (VektorJunkie), Grompol (mantan Art Director di Wadezig!) dan Ing (Creative Director/Co-founder  Wadezig!).
Selain berdiskusi di milis, orang-orang ini juga dikenal telah aktif turun ke jalan, dan menjadi awal dari mewabahnya street art di Indonesia. Darbotz dengan stensil-stensil terorisnya yang kontroversial, atau Grompol yang memenuhi kota Jogja dengan stensil-stensil provokatif, dan Aram dengan wheatpaste karakter cacing betonnya. Stereoflow dan Shake dari FAB Family juga dikenal sebagai salah satu pionir graffiti di Bandung. Saat itu mereka berdua dikenal sebagai Tag Team.
11580037506_57a6566b82_b
Sejak itu, pergerakan street art di Indonesia berkembang dengan sangat cepat. Karya-karya Darbotz mulai banyak dibicarakan. Graffiti-graffiti bagus mulai bermunculan. Di jalanan kota Jakarta, Bandung, Jogja, dan kota-kota lainnya mulai banyak terlihat berbagai macam seni jalanan, mulai dari graffiti, stensil, mural, wheatpaste, karakter, dan lain-lain. Perkembangannya yang sangat pesat ini membuat Ke-7 orang yang ada di mailinglist tadi mulai merasakan perlunya wadah atau tempat untuk memamerkan karya-karya jalanan ini. Sebagaimana diketahui, seni jalanan ini umurnya sangat pendek. Hari ini digambar, besok ditimpa oleh gambar lain. Namanya juga ruang publik, jadi siapapun berhak melakukan apa saja.
Terinspirasi dari woostercollective.com, pada tahun 2004 mereka pun membuat sebuah website yang berfungsi untuk mendokumentasikan karya-karya seni jalanan ini sekaligus menjadi wadah komunikasi antar sesama seniman jalanan. Tidak hanya berupa blog, tembokbombr.com juga membuat sebuah forum khusus street/urban arts. Komunitas yang tadinya terpecah-pecah, akhirnya disatukan pada satu forum. Tidak ada keanggotaan, atau eksklusivitas. Siapapun yang merasa melakukan kegiatan seni rupa di jalanan, boleh meng-klaim dirinya sebagai anggota tembokbomber.
Sepanjang 2005-2009 event-event urban/street art mewabah di Indonesia. Diawali oleh Medium Rare, acara pameran urban art yang diprakarsai oleh Whatnot X Tembokbomber X Footurama, sampai event internasional, Sneaker Pimps. Selama masa itu, banyak sekali bermunculan street artists atau crew yang kemudian memiliki nama besar, bahkan hingga saat ini. Sebut saja Darbotz, TotalTerror, FAB Family, Artcoholic, MASE, UBC, KMC, dan masih banyak lagi. Sejarah graffiti/street art Indonesia masih terus terukir hingga saat ini. Wadezig! yang merupakan bagian dari sejarah street art Indonesia ingin terus berkontribusi dan mendukung perkembangan street art karena itu adalah akar dan “playground” Wadezig! sendiri.
SUMBER:WADEZIG
Read more


Budaya Gotong Royong Dalam Masyarakat
Budaya Gotong Royong

Gotong royong adalah salah satu budaya bangsa yang membuat Indonesia, dipuji oleh bangsa lain karena budayanya yang unik dan penuh toleransi antar sesama manusia.Ini juga merupakan salah satu faktor yang membuat Indonesia bisa bersatu dari Sabang hingga Merauke, walaupun berbeda agama, suku dan warna kulit.bangsa Indonesia salah staunya adalah gotong royong, kita mengetahui bahwa modernisasi dan globalisasi melahirkan corak kehidupan yang sangat kompleks, hal ini seharusnya jangan sampai membuat bangsa Indonesia kehilangan kepribadiannya sebagai bangsa yang kaya akan unsur budaya. Akan tetapi dengan semakin derasnya arus globalisasi mau tidak mau kepribadian tersebut akan terpengaruh oleh kebudayaan asaing yang lebih mementingkan individualisme.Sesungguhnya budaya gotong-royong merupakan kekuatan besar budaya masyarakat yang perlu dikembangkan terus di negeri ini”.

 Pada hari sabtu,tanggal 13 februari 2016,Di Desa Wanadadi rt 03/02 Kec.Buayan Kab. Kebumen sedang melakukan gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia.Kaum pria sibuk mengaduk semen dan pasir, menyiapkan batu bata, kayu dan paku-paku.Ada juga beberapa pria yang membersihkan lahan. Sebelum dibersihkan, lahan itu diratakan dulu. Kaum wanita, ibu-ibu, menyiapkan makanan, kopi dan teh. Semua sibuk mengambil bagian dalam pekerjaan itu di daerah perbukitan suatu kampung bernama Kampung Bukit, di kawasan Rumbai, tidak jauh jauh dari kota Pekanbaru. Tidak ada orang yang ngobrol atau pun berlagak seperti bos yang pekerjaannya hanya memerintah. Semua orang yang hadir ambil bagian dalam pekerjaan itu. Setiap individu mungkin merasa risih bila tidak turut berpartisipasi. Mereka semua memiliki perasaan ingin melayani, dan ingin meringankan beban sesama warga. Mereka bersama-sama mendirikan rumah bagi seorang warga di desa mereka. Budaya gotong-royong sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari.Sangat ironis bila sekelompok orang mendirikan yayasan dengan tujuan dan misi mulia, kemudian yayasan menerima sumbangan dalam jumlah besar dari berbagai pihak, tetapi dana yayasan hanya digunakan untuk makan bersama, pesta, tour dan berbagai kegiatan konsumtif lainnya, sedangkan ketika ada warga atau kelompok masyarakat membutuhkan pertolongan, yayasan tidak dapat berbuat apapun karena dana yayasan sudah dihabiskan untuk kegiatan yang tidak sesuai dengan tujuan dan misi yayasan. Walaupun suatu yayasan hanya memiliki dana sedikit, tetapi dana itu digunakan dengan optimal untuk kepentingan pelayanan masyarakat, maka yayasan telah berjalan pada jalur yang tepat.
Bagaimanakah sikap kita sebagai anggota pengurus suatu yayasan? Apakah cukup memberi uang untuk yayasan, lalu membiarkan yayasan berjalan begitu saja diurus oleh teman-teman lainnya? Sebagai anggota pengurus suatu yayasan sebaiknya kita menanamkan prinsip melayani, prinsip gotong- royong di dalam diri kita masing-masing. Yayasan dapat diarahkan agar mampu melihat kebutuhan masyarakat dan melayani serta mengembangkan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik. Kita bisa mengembangkan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih cerdas (smart community).
Budaya gotong- royong tidak berarti harus selalu melakukan hal-hal besar bagi masyarakat. Dengan melakukan kegiatan sederhana pun, seperti membagikan pakaian bekas kepada masyarakat yang membutuhkan, melakukan pembersihan lingkungan, mendorong terciptanya kerjasama antar warga dan menanam pohon, yayasan telah melakukan pelayanan yang baik bagi masyarakat.
Sikap melayani itu tidak hanya kepada masyarakat umum, tetapi juga antar sesama pengurus yayasan. Kita tidak harus menjabat posisi ketua dalam suatu yayasan agar dapat turut melayani, walaupun sebagai anggota pengurus biasa, kita dapat menunjukkan sikap gotonroyong dengan berpartisipasi menyampaikan ide, berkomentar dalam diskusi bersama, menyampaikan kritik bila terjadi penyimpangan dalam kegiatan yayasan, menolong teman yang sedang sibuk dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh yayasan, dan membantu meringankan beban teman yang sedang melakukan hal-hal sederhana lainnya untuk yayasan. Ciptakan dan kembangkanlah budaya gotong- royong dalam organisasi atau yayasan yang sedang Anda bangun bersama teman-teman

Masyarakat Desa Penjaga Terakhir Semangat Gotong Royong Pancasila
Dalam Pidatonya, Ir. Soekarno yang lebih kita kenal dengan panggilan Bung Karno, menyampaikan bahwa dasar Indonesia merdeka adalah  (1) kebangsaan, (2) internasionalisme, (3) mufakat, (4) kesejahteraan, dan (5) ketuhanan. Dan lima bilangan tersebut dinamakan Pancasila. Sila artinya “asas” atau “dasar”, dan di atas kelima dasar itulah Indonesia berdiri menjadi Negara yang kekal dan abadi.
Pancasila adalah Gotong RoyongBung Karno menyampaikan, lima sila boleh diperas sehingga tinggal 3 saja, yaitu (1) Sosio-nasionalisme, (2) Sosio-demokrasi, dan (3) Ketuhanan. Dan jika diperas yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah satu perkataan, Indonesia yang tulen, yaitu perkataan “gotong-royong”. Alangkah hebatnya! Negara Gotong-Royong!
“Gotong-royong” adalah paham yang dinamis, lebih dinamis dari “kekeluargaan”.
Membangun Peradaban BangsaMembangun peradaban sebuah bangsa harus dilakukan  dengan membangun budi pekerti   serta membangkitkan semangat kebersamaan. Seperti yang telah dilakukan oleh para agamawan dan tokoh-tokoh generasi pendiri NKRI. Menurut Bung Karno, Indonesia bila ingin kembali berjaya seperti Sriwijaya dan Majapahit  tidak bisa hanya dilakukan oleh satu golongan saja, tetapi harus dilakukan secara bersama oleh semua komponen bangsa dengan melibatkan  masyarakat.
Nilai-nilai dasar Pancasila sangat penting untuk selalu dimaknai kembali, karena generasi di masa mendatang belum tentu bisa menghayati Pancasila sebagai perekat dasar yang mempersatukan Indonesia.
Gotong Royong yang sudah TerpinggirkanIndonesia merdeka karena adanya semangat gotong royong, kebersamaan dan bahu membahu. Setelah reformasi semangat tersebut seperti agak ditinggalkan. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan uang atau dana sebagai tolok ukur yang cukup untuk partsipasi dalam kegiatan kemasyarakatan.
Di beberapa desa bahkan secara nyata uang menjadi perusak semangat gotong royong warga desa. Kehadiran dalam sebuah kebersamaan pun terkadang diwakili dengan uang. Tidak hadir ronda cukup bayar denda. Tidak hadir dalam pertemuan cukup titip uang iuran. Tidak ikut kerja bakti cukup memberi sumbangan.
Program pemerintah dengan bantuan beras miskin (raskin) yang  kurang tepat sasaran dan dilaksanakan tanpa sebuah kebijaksanaan dalam permusyawaratan telah menjadikan alasan beberapa kelompok masyarakat yang tidak mendapatkan raskin, sedang mereka merasa miskin, akhirnya tidak mau lagi ikut kerja bakti. ”Mereka yang dapat raskin aja yang suruh kerja bakti,” katanya.Dalam banyak peristiwa terorisme akhir-akhir ini salah satu penyebab tidak berjalannya pengawasan masyarakat adalah sudah mulai lunturnya semangat gorong royong. Dengan kurangnya semangat gotong royong, maka masyarakat menjadi tidak peka terhadap sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Gotong royong adalah pola pertahanan terbaik dalam masyarakat, gotong royong mampu menjadi alat komunikasi yang efektif.
Read more

Indonesia Jadi Incaran Seniman Graffiti Asing

Senin, 21/12/2015 09:05 Indonesia Jadi Incaran Seniman Graffiti Asing Reporter: Endro Priherdityo, CNN Indonesia Indonesia Jadi Incaran Seniman Graffiti Asing Foto: Adhi Wicaksono Jakarta, CNN Indonesia -- Pernah melihat coretan gambar atau tulisan yang kadang tak mudah terbaca di tembok-tembok perkotaan? Gambar tersebut dinamakan graffiti yang merupakan bagian dari street art. Di Indonesia, ada kalanya graffiti masih dianggap sebagai aksi vandalisme yang merusak sarana publik. Namun siapa sangka, ternyata Indonesia pernah menjadi incaran para seniman graffiti seluruh dunia. "Pada 2010 lalu, Indonesia hot ada di nomor satu," kata Tuts, seniman graffiti senior Indonesia saat berbincang dengan CNNIndonesia.com di Gudang Sarinah, Pancoran, Jakarta, baru-baru ini. Pernyataan Tuts didasari komentar sesama seniman graffiti asing yang menganggap Indonesia sebagai "kanvas" idaman. Di antara segudang alasan, salah satunya yaitu kemudahan berkarya di sembarang tembok. Menurut penuturan Tuts, para seniman di Singapura mengalami kesulitan berkarya karena hukuman di Negeri Singa sangat ketat terkait aksi vandalisme. Yaitu, hukuman cambuk ditambah kurungan penjara selama tiga tahun. Kondisi negara yang membuat seniman jalanan sulit berkreasi tersebut diberi julukan negara matriks. Lihat juga: Grafiti di Dinding Gudang Sarinah Di Malaysia, seniman jalanan tidak terlalu berkembang karena minim peminat. Filipina, disebut Tuts, tak memiliki banyak perbedaan dengan Indonesia. Maka tak heran bila seniman graffiti dari negara matriks seolah menjadi liar ketika mendapati "kanvas" raksasa—tembok di sudut kota-kota di Indonesia. Mereka pun leluasa berkarya saat kebanyakan orang sudah terlelap. "Wah, kami undang mereka ke Jakarta, langsung brutal," kata Tuts. "Indonesia menjadi target liburan mereka yang disebut spraycation, jadi liburan—vacation—sambil ngecat," ia menambahkan. Tuts menyadari, kegiatan graffiti kadang bertentangan dengan regulasi hukum. Bagi Tuts, justru drama yang terjadi setiap malam saat mereka berkarya adalah bumbu yang menggairahkan seniman graffiti, terutama drama negosiasi dengan petugas Satpol PP, polisi, juga preman atau mereka yang mengaku preman. Lihat juga: Tembok Kusam Gudang Sarinah Diceriakan 'Bomber' Street Dealin Kegiatan graffiti memang berisiko. Karena itu, seniman jalanan dituntut pintar-pintar mengatur strategi agar terhindar dari aksi penangkapan oleh pihak berwajib. Strategi yang dijalankan, meliputi perancangan desain gambar, jumlah sumber daya yang melakukan, hingga efisiensi pelaksanaan yang memerlukan ketepatan waktu—bila tak ingin tepergok oleh orang lain. "Kata dedengkot graffiti di Los Angeles, kalau legal, bukan graffiti street art namanya," kata Tuts. "Kalau dibilang graffiti itu light criminal, benar juga. Dalam pengerjaannya, dituntut mengamati kebiasaan orang di lingkungan target. Dan setiap daerah punya ceritanya sendiri-sendiri, ini yang bikin seru." Keseruan tersebut semakin terasa di Asia. Selain diisi banyak seniman graffiti dengan jam terbang tinggi, Asia memiliki keunikan dari kondisi bangunan yang kebanyakan tak terawat. Justru, menurut Tuts, para seniman graffiti mencari dinding-dinding kusam dan lapuk sebagai "kanvas" untuk menumpahkan ide kreatif mereka. Bagi seniman graffiti, justru tugasnya adalah memperindah kawasan sub-urban yang jeleknya minta ampun. Lihat tembok yang bersih putih rapi mah mending gambar di studio, sama aja rasanya. Kalau dinding demek, itu yang dicari. Tuts, seniman graffii Indonesia Dinding kusam dan lapuk tak terawat menjadi tantangan tersendiri dalam pembuatan graffiti. Kebanyakan dinding macam itu sudah memiliki motif akibat noda, sehingga menjadi tantangan tersendiri untuk menghasilkan gambar yang bagus. Belum lagi campuran kapur yang biasa digunakan pada cat, meski bila orang awam akan kesal bila terkena noda kapur tersebut, para seniman ini malah kegirangan. "Bagi seniman graffiti, justru tugasnya adalah memperindah kawasan sub-urban yang jeleknya minta ampun. Lihat tembok yang bersih putih rapi mah mending gambar di studio, sama aja rasanya. Kalau dinding demek, itu yang dicari," kata Tuts. "Beda gambar di Amerika dan Eropa dengan di Asia. Di Barat, mereka temboknya rapi. Tapi ketika mereka melihat gambar saya di dinding demek, mereka terpukau. Orang bule juga senang melihatnya. Mereka mana ada tembok berkapur yang kadang kalau dicat malah ngelotok, bahkan batanya rontok," kata Tuts sambil tertawa. "Itu lebih menantang." SUMBER:CCN INDONESIA
Read more

Hebat,Ternyata Graffiti di Akui Di Inonesia


Seni Jalanan sering kali masih dipandangan sebelah mata oleh masyarakat Indonesia. Karakternya yang cukup liberal dan ekspresif namun cenderung vandal sering membuat seni ini menjadi sesuatu yang mengganggu dan mengotori keindahan. Tapi benarkah seni jalanan hanya sekadar coret-coret tanpa prestasi? Salah satu seni jalanan yang populer adalah graffiti. Sebuah seni gambar yang menurut sejarah sudah ada sejak jaman Mesir Kuno ini telah menjadi gerakan seni bagi remaja-remaja di seluruh dunia. Berbeda dengan pendahulunya, graffiti modern saat ini lebih banyak menggunakan cat kaleng semprot untuk menggambar. Melihat seni graffiti di Indonesia yang masih dianggap sebagai vandalisme dan tidak mendatangkan prestasi adalah sesuatu yang kurang tepat. Sebab ternyata anak-anak bangsa Indonesia yang berkecimpung dalam seni graffiti juga telah banyak yang diakui di tingkat internasional. "Antar seniman lokal dengan internasional sudah saling komunikasi, kami saling tukar pendapat sembari membuat graffiti bersama. Kami saling bertukar budaya sejak 2009," kata Tuts, seniman graffiti lokal senior seperti dikutip dari CNN Indonesia. "Seniman Perancis sudah sering ke Indonesia, begitu juga dengan seniman lokal juga sudah ke sana. Pernah juga Kedutaan Jerman mendukung seniman lokal ke Berlin," lanjutnya. Menurut Tuts, graffiti mulai masuk ke Indonesia sejak 1999. Semua berawal dari New York, semula graffiti hanyalah coretan vandal di sarana umum atau ruang publik, hingga kemudian mulai berkembang menjadi tren di kalangan anak muda yang berusaha sedikit lebih artisitik. Tuts sendiri mulai menaruh minat pada graffiti pada awal 2000-an. Kala itu, seni jalanan secara profesional baru merebak. Professional yang dimaksud adalah bahwa para seniman jalanan dibayar untuk membuat karya ditempat-tempat yang telah ditentukan. Permulaan mengenal grafiti umumnya terjadi secara natural dari pergaulan. Tuts sendiri mengaku, dirinya dikenalkan pada graffiti oleh salah seorang temannya yang merupakan anak ekspatriat yang menimba studi di sekolah internasional di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Sejak saat itu graffiti menjadi hobi baru yang membuat Tuts sangat tekun untuk mempelajarinya. Hingga akhirnya dirinya mendapat kesempatan untuk pergi ke berbagai negara seperti Taiwan, Selandia Baru dan negara-negara lain untuk menjadi bomber atau penggambar graffiti di jalanan. "Graffiti ini punya rentang usia seniman yang lebar, mulai dari anak SD atau SMP hingga yang sudah bekerja. Biasanya untuk yang masih pemula, seperti anak-anak itu, mereka tengah mencari jati diri, sedangkan yang sudah bekerja ya sebagai hobi atau penghasilan tambahan," kata Tuts. Meski graffiti sendiri berasal dari New York, namun bukan berarti seniman Indonesia tak memiliki ciri khas dalam karya-karyanya. Hal ini pun diakui oleh Tuts, banyak seniman graffiti lokal telah dikenal karena karyanya yang mengadopsi unsur budaya Indonesia. Dirinya mengambil contoh seniman jalanan lain yang memiliki nama jalanan Popeye. Tuts mengakui, Popeye kerap memasukkan karakter pewayangan sebagai ciri khas karya-karya graffitinya yang modern dan futuristik. Pun karakter pewayangan yang diampilkan dibuat secara tersirat tanpa meninggalkan kesan hip-hop yang menjadi alirannya. "Kami tetap menekankan budaya lokal. Itu penting, karena bagaimanapun kami Indonesia. Di mana pun seniman lokal berada, mereka tetap Indonesia. Mau dandan se-hip-hop kayak bagaimana, tetap Indonesia. Kami saling mengingatkan," kata Tuts. Menekuni seni jalanan seperti graffiti tentu saja bukan tanpa resiko. Sebab menggambar atau membuat karya di ruang publik tanpa izin pemilik tentu saja akan mendapat tentangan bahkan dapat ditangkap oleh pihak berwajib. Namun Tuts memandang hal ini dengan ringan sebab itulah konsekuensi yang harus dihadapi. Konsekuensi itulah aturan pertama yang harus dipahami.   sumber:CCN Idonesia
Read more
Wah, Mobil Imut Ini Jadi Sasaran Graffiti! AutomotiveJanuary 28, 2015 Wah, Mobil Imut Ini Jadi Sasaran Graffiti! 6 SHARES FacebookTwitter Bandung -Graffiti biasanya kita lihat di tembok gedung-gedung di kawasan urban, tetapi apa jadinya jika mobil yang jadi kanvas untuk dicoret-coret? Bersamaan dengan peluncuran Fiat 500 Art Edition, PT Garansindo Inter Global selaku Agen Pemegang Merek (APM) Fiat di Indonesia memperlihatkan sebuah Fiat 500 Sport yang sudah dipenuhi desain graffiti. Namun, versi graffiti ini hanya untuk display Garansindo demi memperkenalkan Fiat 500 yang cocok bagi pemuda Indonesia. “Ada Fiat 500 Graffiti. Itu show car kita. Kalau yang Fiat 500 Graffiti cuma satu dan tidak dijual,” ujar Managing Director brand Fiat & Alfa Romeo PT Garansindo Inter Global, Dhani Yahya di Bandung, Rabu (28/1/2015). Menggandeng tiga seniman yaitu AstronautBoys, Stereoflow dan Shake yang merupakan kelompok seniman graffiti Bandung, Fiat 500 sport dilumuri cat dan desain khas graffiti. Sebelumnya, ketiga seniman itu merupakan spesialis seni graffitii di media tembok. Namun, kali ini mereka menggunakan media sebuah mobil. “Awalnya didesain dengan metode yang mereka biasa pakai yaitu media tembok. Nah di sini kita aplikasikan untuk mobil Fiat 500,” tambah Dhani. Meski tidak dijual untuk pasaran, mobil dengan desain graffiti ini bisa saja dipesan oleh konsumen. Garansindo siap memfasilitasi keinginan konsumen itu. “Kalau konsumen tertarik, kita harus berdiskusi lagi. Tentunya ini berbeda karena ini kerja sama Garansindo dengan seniman. Tapi tentunya kita fasilitasi ini,” kata Dhani. Untuk biaya, Dhani mengaku belum bisa menyebutkan untuk mengubah tampilan Fiat 500 yang dimiliki konsumennya dengan desain graffiti. Sebab, keputusan harga masih banyak yang harus dipertimbangkan. “Kalau biaya ini kan artist, enggak dipasarkan, jadi kita masih belum putuskan harganya. Tapi mereka (seniman) pasti senang dengan ketertarikan konsumen Fiat. Dan konsumen bisa milih desain sendiri,” tutur Dhani.
Read more